Nama:Dimas Khameswara
Kelas: 3ID01
NPM:32411119
Asas-asas Ilmu Lingkungan
Ilmu
lingkungan yang sudah berkembang dan banyak mengeluarkan hasil, model dan teori
yang semakin meningkat jumlahnya harus didasari oleh asas yang kokoh dan kuat.
Berikut ini adalah asas-asas ilmu lingkungan yang akan dijelaskan lebih detail.
a. Asas 1
Semua energi
yang memasuki sebuah organisme hidup populasi atau ekosistem dapat dianggap
sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, diciptakan dan
dihancurkan.
Asas ini menerangkan bahwa energi dapt diubah-ubah, dan
semua energi yang memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap
sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan, sehingga sistem kehidupan dapat
dianggap sebagai pengubah energi.
b. Asas 2
Tak ada sistem
pengubahan energi yang betul-betul efisien
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua yang banyak
dipakai dan berlaku dalm fisika. Energi tak pernah hilang dari alam raya,
tetapi energi tersebut akan terus diubah ke dalam bentuk yang kurang
bermanfaat. Misalnya hewan mengambil energi dalam bentuk makanan yang padat dan
bermanfaat, tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena lari, terbang atau
berenang terbuang tanpa guna. Oleh karena itu pemakaina energi yang
sebaik-baiknya oleh jasad hidup merupakan suatu hal yang sangat penting.
c. Asas 3
Materi energi,
ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori sumber alam.
Perubahan energi oleh sistem biologi berlangsung pada
kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di alam lingkungannya.
Tetapi apakah ruang juga dapat digolongkan sebagai sumber alam ? Kalau ruang
begitu sempit bagi suatu populasi yang tinggi kepadatannya, ada kemungkinan
terjadinya gangguan terhadap proses pembiakan. Tetapi, sebalinya ruang yang
terlalu luas berakibat jarak antara individu dalam sebuah populasi menjadi
terlalu jauh. Ruang juga dapat memisahkan jasad hidup dari sumber bahan makanan
yang dibutuhkannya, yang jauh dekatnya menentukan perkembangan populasi jasad
hidup itu. Oleh karena itu, pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan
materi dan energi sebagai sumber alam.
Waktu sebagai sumber alam juga tidak merupakan besaran yang
berdiri sendiri. Misalnya seekor singa sering harus menahan lapar yang cukup
lama dalam melakukan pengintaian, sebelum berhasil menerkam mangsanya. Jadi,
itu semua bergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak
antara tempat semula dan tempat tujuan.
Keanekaragaman disebut juga sumber alam. Semakin
beranekaragam jenis makanan suatu spesies makin berkurang bahanya bagi spesies
itu menghadapi perubahan lingkungan uang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Sebaliknya, suatu spesies yang hanya memakan satu jenis makanan akan mudah
terancam bahay kelaparan, meskipun makanannya musnah oleh sebab yang terjadi
pada lingkungannya.
d. Asas 4
Untuk semua
kategori sumber alam, kalau pengadaannya sudh mencapai optimum, pengaruhunit
kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi.
Untuk semua
kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya
yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karenakeracunan
ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati
batas maksimum.
Dalam asas diatas
tekandung arti, bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum yang
berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Karena poengadaan sumber alam bagi
suatu populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu bergantung pula
kepada pengadaan sumber alam itu pada suatu jumlah tertentu.
e. Asas 5
Ada dua jenis
sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih
lanjut.
Contoh: suatu jenis
hewan sedang mencari berbagai sumber bahan makanan, kemudian diketahui suatu
jenis makanan tiba-tiba menjadi sangat banyak jumlah di alam, maka hewan tersebut
akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Jadi,
kenaikan pengadaan sumber alam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaannya.
f. Asas 6
Individu dan
spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya cenderung
berhasil mengalahkan saingannya.
Umumnya, suatu spesies atau komunitas yang dapat bertahan
dalam suatu keadaan lingkungan tertentu, ialah yang dalam keseimbangan alam
secara keseluruhan mempunyai daya
pembiakan yang lebih tinggi daripada spesies atau komunitas yang ingin mencoba
menguasai lingkungan tersebut. Kalau kemudian keadaan lingkungan berubah, maka
spesies lain yang lebih adaptif daripada spesies yang sudah ada sebelumnya,
yang akan dapt bertahan.
g. Asas 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi
di alam lingkungan yang mudah diramal.
Ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor
lingkungan dalam periode yang relatif lama.
Lingkungan yang stabil secara fisik merupaka sebuah lingkunga yang
terdiri atas banyak spesies. Dari yang umum hingga yang jarang dijumpai.
Keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama sekali tidak saja akan
melhirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan
kenekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
h. Asas 8
Sebuah habitat
dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana
niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai
oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche
tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa
persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda
di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai
nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama
lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi
apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan
serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka
jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang
keanekaragamannya kecil.
i. Asas 9
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran
energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas
organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas. Pada asas ini menurut Morowitz
(1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman
dalam suatu sistem biologi.
j. Asas 10
Pada
lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan
memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi
mengalami evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi
dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum sudah
ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan
keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka
jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk
menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi,
rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab
spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh
stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat
tetap muda buatan lahan pertanian dengan
jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
k. Asas 11
Sistem yang
sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju
ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah
keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah
pada ekosistem, populasi yang
sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat
organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan
keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi
yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke
subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
l. Asas 12
Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam
ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko
kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya
beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila
pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di
lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan
adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam
ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil,
sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak
diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang
sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis
anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam
secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap
kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah
strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi
lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum
mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan
dengan populasi pada ekosistem yang
sudah mantap.
m. Asas 13
Lingkungan yang
secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi
dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan
populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada
komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem
meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka
jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap
terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu
syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang
mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
n. Asas 14
Derajat pola
keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti
akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat
(banyak)
• Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat
kompleks
• Efisiensi penggunaan energi
• Tingkat keanekaragaman tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Budi, 1999,
“Ilmu Lingkungan Industri”, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Soeriatmadja,RE. 1981 . “Ilmu Lingkungan”. Bandung: ITB