Wujud Budaya
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
- Gagasan
- Aktifitas
- Artefak
- Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
- Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
- Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
WUJUD-WUJUD KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Untuk tulisan saya ini, saya mengambil 2 contoh daerah, yaitu Padang dan Palembang . Dari 2 daerah tersebut saya mengambil beberapa perbedaan seperti adat pernikahan, bahasa, dll.
A. Adat Istiadat Padang
o Adat dan Budaya
Adat dan budaya Minangkabau bercorak keibuan, karena disana perempuan sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan.
Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat mereka. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin. Setiap ada urusan, masyarakat minangkabau selalu menyelesaikannya dengan 3 unsur tersebut secara mufakat.
o Bahasa
Banyak orang yang menganggap bahasa Minangkabau sebagai bagian dari dialek Melayu, karena kosakata dan bentuk tuturan bahasanya banyak yang sama, serta ada pula yang mengatakan bahwa bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. Seperti “laut” menjadi “lawik”, “gunung” menjadi “gunuang”, “pergi” menjadi “pai”, dll.
o Pernikahan
Dalam acara pernikahan adat Minangkabau yang biasa disebut baralek mempunyai beberapa tahapan yang biasa dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basanding (bersanding di pelaminan). Setelah maminang dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid sebelum kedua pengantin bersanding di pelaminan.
Pada kelompok-kelompok tertentu di Padang , setelah ijab Kabul di depan penghulu (tuan kadi). Pengantin pria akan diberi gelar baru untuk mengganti panggilan kecil mereka. Kalau di kawasan pesisir pantai biasanya dimulai dari sutan, bagindo, atau sidi. Sedangkan di kawasan luhak limo puluah tidak berlaku untuk pemberian gelar.
B. Adat Istiadat Palembang
o Perkawinan
Beberapa hari sebelum munggah, si bujang akan dinikahkan di rumahnya sendiri oleh ayah si gadis yang bertindak sebagai walinya. Bias juga oleh penghulu atau hotib kampong. Jika dilakukan hotib atau penghulu, maka upetinya adalah 2 batu kawin. Usai menikah secara lengkap, selanjutnya mengarak pacar, sebagai lambing bahwa suami sudah berada disamping istrinya. Prosesi dilakukan di perahu yang dihiasi lampu warna-warni dan diiringi tetabuhan yang diarak ke rumah pengntin wanita. yang diarak adalah keris adat pusaka puyang berikut bunga-bunga. Pengantin pria memakai busana kebesaran aesan gedeh.
Acara munggah atau ngunduh mantu, menandakan bahwa si bujang sudah dewasa dan berstatus suami. Sebagai penghormatan akan diberi nama baru. Misalnya nama asli Si Ujang Anom berubah jadi Ratu Timang Alam. Pertemuan antara pengantin pria dan wanita ditandai dengan sirih menyapa. Maksudnya, dengan pemberian sirih penyapa, resmilah kedua pengantin itu berkenalan. Suasana makin khidmad oleh alunan suara pengantin wanita yang membaca ayat-ayat suci Al-Quran, dan doa keselamatan.
Secara lengkap, ada adat pengasuhan atau penyuapan akhir, adat menimbang sebagai janji sehidup semati, keramasan/menyacap, mandi simburan, sebaikan, tepung tawar sampai pacaran. Dan masih banyak acara lainnya, seperti membuka langse atau membuka tabir. Bentuknya sebuah wadah tandu yang dihiasi kertas ukiran berwujud burung merak atau garuda, yang nantinya akan dijadikan kelambu dan ditempatkan diranjang saat suami sudah berada di ruangan pangkeng pengantin.
o Bahasa
Bahasa Palembang adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Palembang dengan jumlah penutur asli diperkirakan 500.000 orang. Contoh:
· Aman / amon = kalau
Contoh: Aman kau ke sano gek, jangan lupo bawa pempek.
Arti: Kalau kamu kesana nanti, jangan lupa bawa pempek.
· Antok = menyentuh suatu benda, biasa digunakan anak kecil dalam permainan 'gambaran'
Contoh: Kartu kau tu antok, ulang oi!
Arti: Kartu kamu itu terbentur, ulang dong!
· Asak = asalkan
Contoh: Asak kau dapet cepek, ku enjok mobil la.
Arti: Kalau kamu dapat 100, saya kasih mobil deh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar