HAK
PATEN
Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten :
Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil invesinya
dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invesinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya (Pasal 1 Ayat 1).
Contoh Hak Paten :
TEMPE
(1)
Hak Paten Tempe Dikuasai
Asing
Tempe yang
merupakan makanan asli Indonesia, ternyata patennya dimiliki negara lain.
Antara lain, Amerika Serikat telah memiliki 35 hak paten yang berhubungan
dengan tempe, kemudian Jepang memiliki 5 buah hak paten, sedangkan Indonesia
sendiri hanya memiliki 2 buah hak paten yang berhubungan dengan tempe. Itu
pun baru tahap pendaftaran belum memiliki nomor paten. Hal tersebut
disampaikan oleh Tien R. Muchtadi, guru besar Teknik Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor dalam seminar “Masa Depan Industri Tempe Menghadapi
Millenium Ketiga” di gedung BPPT, Senin (14/2). Bahkan kemungkinan makanan
mendoan atau tempe yang diberi tepung dan digoreng yang suka berada fi
pinggir jalan pun sudah dipatenkan oleh negara Paman Sam. “Dalam salah satu
paten disebutkan tempe yang dicelup dengan tepung lalu digoreng. Saya takut,
itu mendoan atau gorengan tempe yang dijual di pinggir jalan. Klau itu benar,
bisa-bisa kalau sudah perjanjian perdagangan bebas, para tukang gorengan
harus bayar, dan itu mahal,” tambah Tien.
(2)
Mukjizat Tempe
untuk Kesejahteraan
Tempe yang
dihasilkan mealui proses peragian Rhizopus
(Roligisporus, R arrhizus, Rstolonifer)
juga bisa meningkatkan kadar mineral tubuh, karena mengandung asam amino
bebas, asam lemak, dan berbagai vitamin. Itu mencakup asam amino bebas, asam
lemak tak jenuh rantai panjang, vitamin B-12, D, dan E, sterol, serta
antiiksidan. Keistimewaan tempe yang dikenali sejak pertengahan 1980-an itu,
sebenarnya sudah membuat masyarakat di berbagai negara seperti Belanda,
Amerika, Jepang, juga Malaysia dan Singapura, mengkonsumsi tempe sebagai makanan diet.
Tempe memang
memiliki tekstur yang lebih lunak dari kedelai, karena kapang tempe mencerna
matriks diantara sel-sel biji kedelai, sementara enzim-enzim yang dihasilkan
kapang selama fermentasi menimbulkan perubahan pada protein, lemak, dan
karbohidrat. Enzim yang diproduksi kapang Rhizopus sp ini antara lain enzim
lipase, protein, dan pati. Kapang juga menghasilkan enzim fitase yang
menguraikan asam fitat, membebaskan fosfor dan biotin, sehingga bisa
dimanfaatkan tubuh.
|
Beberapa
jenis bakteri yang sengaja terbawa dalam proses fermentasi, ternyata
memproduksi vitamin B. Semua itu membuat mutu gizi tempe diukur dari padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna,
nilai efisiensi protein, dan skor protein, jauh lebih tinggi dibanding bahan
bakunya. Ini pula yang memicu banyak ahli pangan meneliti tempe. Ada dari
Singapura, Jepang, Jerman, Belanda, Amerika, dan Australia. Untunglah di
Indonesia pun banyak ahli yang memilih bergulat dibidang tempe seperti Dr
Mary Astuti dari UGM, Prof Dr Darwin
Karyadi dari Dewan Riset Nasional, para peneliti di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi, dan Dr Sapuan yang memprakarsai berdirinya Yayasan Tempe
Indonesia.
|
(3)
Tempe Sumbangan
Jaawa Untuk Dunia
Dr Onghokham
(sejarawan dan budayawan) http://kompas.com52Dcetak/millenium/data2000/temp39.html
Selera Jawa memang
cocok dengan tempe. Pertama, makanan Jawa pada umumnya dimakan daam kondisi
suhu ruangan (room temperature)
yang bagi Orang Barat, Cina, dan lain-lain akan dikatakan dingin. Masakan
hewani dingin pada umumnya kurang enak demikian juga tahu, karena rasanya
bisa seperti karet. Sedangkan tempe, dingin atau panas tidak menjadi
persoalan.
(4) Tempe Capai
Generasi III di Jerman http://kompas.com/kompas%2Dcetak/9904/13/iptek/temp09.htm
Berbagai hasil penelitian mengenai tempe ternyata
dimanfaatkan dengan baik di luar negri, terutama di Jepang dan Jerman. Bahkan
di Jerman pengembangan tempe sudah mencapai generasi ketiga berupa isolasi
senyawa-senyawa berguna yang dikandung oleh tempe. Karena itu, Indonesia
harus berupaya keras mengembangkan makanan rakyat ini agar menjadi tuan rumah
di negeri sendiri dan jadi produk lokal yang go international. Demikian benang merah percakapan dengan Ketua
Yayasan Tempe Indonesia Dr Sapuan dan Ketua II Dr Ir Mary Astuti, pada
peringatan ulang tahun keempat Yayasan Tempe Indonesia, di Jakarta, Senin
(12/4). Acara sederhana yang dihadiri Menoangan dan Hortikultura AM Saefuddin
itu juga memperkenalkan tempe lamboro.
Menurut Mary, Jepang saat ini sudah maju sekali
dalam pengembangan tempe. Di kawasan Okayama sudah dikembangkan miso tempe,
semacam tauco yang menjadi bumbu masakan Jepang. Jepang yang sempat dilanda
E. Coli 157H57 mencari alternatif makanan setelah diketahui E. Coli 157H57
itu berasal dari daging dan sayur mentah. Tempe menjadi pilihan karena kadar
proteinnya tinggi.
Sementara di Jerman, tempe yang sudah diketahui
mengandung superoksida dismutase-bisa mencegah penuaan di i dan
penyakit-penyakit degeneratif-kini duteliti untuk diisolasi senyawanya. Di
Indonesia, menurut Sapuan, sebenarnya juga sudah diupayakan pemanfaatan tempe
dalam industri, seperti yang sudah dijalin dalam kerja sama dengan PT Sari
Husada selama ini. Namun krisis ekonomi yang membuat harga bahan baku
meningkat, membuat produk susu tempe instan dihentikan. Oleh karena itu, Mary
dan Sapuan menghimbau para penentu kebijakan untuk lebih memanfaatkan tempe
generasi I dulu berupa makanan dari tempe yang diolah dan dikemas dengan
modern. “Kalau di Singapore Airlines dan KLM bisa menyediakan menu tempe,
mengapa Garuda tidak?” kata Mary. Tempe yang bertekstur lembut dan berserat
tinggi, bisa mengatasi diare. Tempe juga mengandung antioksidan yang bisa
mencegah kanker dan menurunkan kolesterol darah.
Sumber :
ekonomi.kompasiana.com
B. J. Habibie, Pemegang 46 Hak Paten di Bidang
Aeronautika
Kulit luarnya bisa saja terlihat halus mulus tanpa
cacat. Tapi siapa tahu, sisi dalamnya keropos. Ketidakpastian inilah yang
dihadapi industri pesawat terbang sampai 40 tahun lalu. Pemakai dan produsen
sama-sama tidak tahu persis, sejauh mana bodi pesawat masih andal
dioperasikan. Akibatnya memang bisa fatal. Pada awal 1960-an, musibah pesawat
terbang masih sering terjadi karena kerusakan kontruksi yang terdeteksi.
Kelelahan (fatique) pada bodi masih sulit dideteksi dengan keterbatasan
perkakas. Belum ada pemindai sensor laser yang didukung pengolah data
komputer, untuk mengatasi persoalan rawan ini.
Titik rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan
antara sayap dan abdan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin.
Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika
tubuhnya lepas landas maupun mendarat. Ketika lepas-landas, sambungannya
menerima tekanan udara (uplift)
yang besar. Ketika menyentuh landasan, bagian ini pula yang menanggung
empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari
keretakan (crack).
Titik rambat, yang terkadang mulai dari ukuran
0,0005 milimeter itu terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan
bercabang-cabang. Kalau tidak dideteksi, taruhannya mahal, karena sayap bisa
sontak patah saaat pesawat tinggal landas. Dunia penerbangan tertentu amat
peduli, apa lagi saat itu pula mesin-mesin pesawat mulai berganti dari propeller ke jet. Potensi fatique makin besar.
Pada saat itulah muncul anak muda jenius yang
mencoba menawarkan solusi. Usianya baru 32 tahun. Postur tubuhnya kecil namun
pembawaannya sangat enerjik. Dialah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie,
laki-laki Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936.
Habibie-lah yang kemudian
menemukan bagaimana rambatan titik crack
itu bekerja. Perhitunganny sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya.
Oleh dunia penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah
Habibie mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Tentunya teorinya ini membuat pesawat lebih
aman. Tidak saja bisa menghindari pesawat jatuh, tetapi juga membuat
pemeliharaannya lebih mudah dan murah.
Sebelum titik crack
bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantisipasi kemungkinan muncul
keretakan kontruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).
Caranya, meningkatkan kekuatan bahan kontruksi kauh di atas kebutuhan
teorisnya. Akibatnya, material yang diperlukanlebih berat. Untuk pesawat
terbang, material alimunium dikombinasikan dengan baja. Namun setelah titik crack bisa dihitung maka derajat SF
pesawat yang lebih ringan. Porsi baja dikurangi, alumunium makin dominan
dalam bodi pesawat terbang. Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor
dengan sebutan Faktor Habibie.
Faktor Hbibie bisa meringankan operating empty
weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10% dari
bobot sebelumnya. Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25% setelah
Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat. Namun
pengurangan berat ini tak membuat maksimum take off weight-nya (total bobot
pesawat ditambah penumpang dan bahan bakar) ikut merosot. Dengan begitu,
secara umu daya angkut pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin jauh.
Sehingga secara ekonomi, kinerja pesawat bisa ditingkatkan.
Faktor Habibie ternyata juga berperan dalam
pengembangan teknologi penggabungan baguan per bagian kerangka pesawat.
Sehingga sambungan badan pesawar yang silinder dengan sisi sayap yang oval
mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas. Begitu juga pada
sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampi
menahan beban saat pesawat mendarat. Faktor mesin jet yang menjadi penambah
potensi fatique menjadi turun.
Sebuah majalah Teknologi terbitan Jakarta pernah
menyebut Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai “Manusia Multidimensional”.
Sebutan lama setelah meraih medali penghargaan “Theodore van Karman”. Ya,
anugrah bergengsi ditingkat internasional tempat berkumpulnya pakar-pakar
terkemuka kontruksi pesawat terbang. Habibie juga dikenal sebagai “Mr Crack”
karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom
pesawat terbang. Di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli
dirgantara mengenal apa yang disebut Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi
Habibie.
Okezone.com
Mantan presiden RI
Ketiga, Si Jenius ilmuwan kontruksi pesawat terbang, ini selalu menjadi
berita hangat. Pada masa emas kejayaan dengan segudang jabatan diemban,
dialah manusia paling multidimensional di Indonesia. Ia manusia cerdas ajaib
yang sempat menghadirkan selaksa harapan kemajuan teknologi demi kejayaan
negeri ini.
Agak aneh, memang,
anak bangsa yang satu ini. Dia hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun
kuliah hingga meraih gelar doktor kontruksi pesawat terbang di Jerman dengan
predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka
MBB Gmbh jerman, sebelum memenuhi penggilan Presiden Soeharto untuk kembali
ke Indonesia.
Di Indonesia dia 20
tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN
Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh
Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Presiden RI ke-2
Soeharto.
Itulah sosok dan
kilas balik singkat perjalanan hidup B.J. Habibie, lelaki kelahiran
Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini. Dia penuh kontroversi dan merupakan sosok
manusia paling multidimensional di Indonesia. Begitu banyak kawan-kawannya dan
nyaris segitu banyak pula orang yang tak setuju dengan sepakterjang totkoh
industri pesawat terbang kelas dunia yang memperoleh berbagai penghargaan,
salah satunya paling berkelas adalah Theodhore van Karman Award, yang
dianugrahkan oleh International Council for Aeronautical Science pada
pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs yang diselenggarakan di Beijing,
China tahun 1992 dari Pemerintah China.
Ketika dia
mendirikan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) dan didaulat menjadi
Ketua Umum, misalnya, sebagai antitesa berdiri pula forum Demokrasi (Fordem)
pimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang populis dan egaliter serta
inklusif. ICMI, yang dalam perjalanan selanjutnya praktis menjadi kekuatan
politik Habibie, oleh Gus Dur dituding sebagai sektarian karena itu kurang
bagus untuk masa depan sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.
Ketika pada 10
Agustus 1995 dia berhasil menerbangkan pesawar terbang N-250 “Gatotkoco”
kelas coomuter asli buatan dan desain puta-putra terbaik bangsa yang bergabung
dalam PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini menjadi PT Dirgantara
Indonesia), dia diserang pelaku ekonomi lain bahwa yang dibutuhkan rakyat
Indonesia adalah beras bukan “mainan” pesawat terbang.
Pemikiran ekonomi
makro Habibie yang terkenal dengan Habibieconomics, dihadirkan oleh
lingkarannya sebagai counter pemikiran lain seperti Widjojonomics (yang
sesungguhnya merupakan Soehartonomic). Ketika Habibie berhasil melakukan
imbal-beli pesawat terbang “Tetuko” CN-235 dengan beras ketan itam Thailand,
dia diledekin, pesawat terbangnya hanya sekelas ketan itam.
Dan kontroversi
paling hangat adalah ketika dia menawarkan opsi otonomi luas atau bebas
menentukan nasib sendiri kepada rakyat Timor Timur, satu propinsi termuda
Indonesia yang direbut dan dipertahankan dengan susah payah oleh rezim
Soeharto. Siapapun dia orangnya tentu ingin bebas merdeka termasuk rakyat
Timor Timur, sehingga ketika jajak pendapat dilakukan pilihan terhadap bebas
menentukan nasib sendiri (merdeka) unggul mutlak.
Masalah Tim-Tim,
salah satu yang dianggap menjadi penyebab penolakan pidato pertanggungjawaban
Habibie dalam Sidang Umum MPR RI hasil Pemilu 1999. Pemilu terbaik paling
demokratis setelah Pemilu tahun 1955. Penolakan ini membuat B.J. Habibie
bersedia maju sebagai kandidat calon presiden (capres).
Ketika Habibie
menjabat Presiden hampir tidak ada hari tanpa ada demontrasi. Demonstrasi itu
mendesak Habibie merespon tuntutan reformasi dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara, seperti kebebasan pers, kebebasan berpolitik,
kebebasan berusaha, kebebasan rekrutmen politik, kebebasan berserikat dan
mendirikan partai politik, dan kebebasan lainnya. Namun kendati Habibie
merespon tuntutan itu, tetap saja pemerintahannya dianggap merupakan
kelanjutan Orde Baru. Pemerintahannya yang berusia 518 hari hanya dianggap
sebagai pemerintahan transisi.
Keinginan Habibie
mengakselerasi pembangunan sesungguhnya sudah dimulai di Industri pesawat
Terbang Nusantara (IPTN) dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih
teknologi yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal.”
Empat tahapan alih
teknologi itu, pertama, memproduksi pesawat terbang berdasarkan lisensi itu
dari industri pesawat terbang lain, hasilnya adalah NC-212 lisensi CASA
Spanyol. Kedua, memproduksi pesawat terbang secara bersama-sama, hasilnya
adalah “Tetuko” CN-235 berkapasitas 30-35 penumpang merupakan produksi
kerjasama antara aqual IPTN bersama CASA Spanyol. Ketiga, mengintegrasikan
seluruh teknologi dan sistem kontuksi pesawat terbang yang paling mutakhir
yang ada di dunia menjadi sesuatu yang sama sekali didiesain baru, hasilnya
adalah “Gatotkoco” N-250 berkapasitas 50-60 penumpang yang dikembangkan
dengan teknologi fly-by-wire.
Keempat,
memproduksi pesawat terbang berdasarkan hasil kembali dari awal, yang
diproyeksikan bernama N 2130 berkapasitas 130 penumpang dengan biaya
pengembangan diperkirakan sekitar 2 milyar dolar AS.
Empat tahapan alih
teknologi yang dipercepat didefinisikan “bermula dari akhir dan berakhir di
awal,” memang sukar dipahami pikiran awam. Habibie dianggap hanyut dengan
angan-angan teknologinya yang tidak memenuhi kebutuhan dasar teknologi
Indonesia, yang ternyata sepeda saja secara utuh belum sampai.
Pemerintah orde baru sangat menjakan program
empat tahap alih teknologi Habibie dengan menempatkan berbagai proyeknya
sebagai industri strategis yang menyedot banyak dana. Satu diantaranya, yang
paling spektakuler, adalah IPTN, yang memerlukan subsidi.
Ketika masa
reformasi, IMF mencantumkan dalam LOI (Letter Of Intent), bahwa pemerintah
Indonesia tidak boleh lagi memberikan subsidi kepada IPTN, (Perusahaan ini
kemudian manjadi IPTD). Otomatis perusahaan yang sudah menyusun program
produksi baru, terpaksa merumahkan dan mem-PHK- 6000 karyawannya.
Lalu, dalam kesempatan
deklarasi pendirian Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI),
Habibie menyebut hancurnya IPTN adalah ulah IMF yang menghambat Pemerintah RI
membantu pengembangan pesawat terbang dengan mencantumkan klausal pencabutan
subsidi dalam Letter Of Intent (LOI).
Nasionalisme
Istri adalah alasan
utama Habibie untuk bolak-nalik tinggal di Jerman. Pendamping hidup sekaligus
teman suka dan duka yang sudah dikenal anak-anak umur 14 tahun, dr Hasri
Ainun Habibie. Putri keempat H. Mohammad Basari itu disebut terbaring
menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jerman. Habibie ingin untuk
selalu harus bisa mendampingi istri, dan harapnnya istri juga akan selalu
bisa mendampinginya. Menurut tim dokter yang menanganinya, Hasri Ainun belum
benar dibenarkan tinggal atau berkunjung ke daerah tropiskarena kelembabannya
tinggi. Karena itu, tim dokter merekomendasikan untuk tinggal di Jerman
sampai sehat secara tuntas.
Kendati demikian,
kepulangan ke tanah air Habibie agaknya hanya karena dia ingin dikenang
sebagai manusia yang baik, “Mungkin saat ini tak disadari. Tapi bisa jadi,
berguna satu saat kelak, bila saya sudah tiada nanti,” tutur lelaki itu,
lirih, ‘demikian tulis Liputan6.com. Adalah stasiun TV SCTV ini, dikenal
sangat dekat dengan Habibie, yang pada 2 Juli 2002 menyiarkan secara langsung
dari Jerman kesaksian Habibie dalam kasus pelanggaran HAM Berat TimTim untuk
kebutuha persidangan di Pengadilan Ad
Hoc HAM Jakarta Pusat.
Habibie menyebutkan
presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh royalti
atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan kontruksi pesawat
terbang seperti dai Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang jauh lebih
baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkunagn yang sangat menghargai
ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan jika ingin
dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah
terhadap lingkungan.
Menurut status,
jabatan, dan prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap lingkungan. Itulah
sebabnya, ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie terhadap lingkungan tetap
lingkungan tetap tidak berubah. Malah semakin menampakan watak aslinya,
misalnya tidak mau diam dan bergerak sesuaka hati padahal sudah ada aturan
hati padahal sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi.
Sumber : www.okezone.com
|